Selasa, Oktober 23, 2007

Mengampuni

Lebaran beberapa saat yg lalu, menorehkan suatu arti yg berbeda.
Jika biasanya sibuk dengan jalan2, kali ini nuansanya berbeda. Berkutet dengan kerjaan RT, kerjaan organisasi dan sekaligus bersosialisasi dengan teman2. Rasanya hampir tidak seperti liburan panjang (selain fakta bahwa tidak ada asisten yg membantu di rumah).
Nah saat sendiri dirumah dan mau tidur, terlintas dipikiran kenapa ya orang-orang kok rela berdesak-desakan untuk sekedar mudik! Selidik punya selidik ternyata yg diutamakan adalah sungkem ke orang tua, saudara dll. Mumpung bisa bertemu dan tidak perlu keliling.
Minal Aidin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin
Selanjutnya, saat merenung tadi, aku mulai berfikir lagi apakah memaafkan memiliki arti yg sama dengan mengampuni??
Menurut aku sih hampir sama, hanya kalo mengampuni memiliki makna yg lebih dalam lagi. Mengampuni lebih dari memaafkan. Mengampuni memiliki rasa penyesalan yg sangat mendalam dan dengan hati yg sangat tulus dan ada rasa tidak mau mengulang lagi.
Kemudian aku mulai merenungkan kembali salah satu ajaran dari agama yg aku anut selama ini, dimana kita harus bisa mengampuni orang lain sebelum kita meminta ampun padaNYA. Juga dalam peristiwa di kayu salib dimana Tuhan Jesus mengampuni orang-orang yg telah menyiksa dia, yg berbuat jahat padanya, yg berdosa, yg bersalah dll.
Saat merenung ini, aku kemudian terpikir bahwa hakekat kasih yg sesungguhnya adalah ketulusan dan kemampuan kita mengampuni org2 yg bersalah pd kita. Tidak peduli seberapa jahatnya dia, seberapa salahnya dia dan seberapa bencinya kita padanya, kita harus bisa mengampuni mereka.
Namun, apa yg terjadi selama ini adalah kita cenderung membenci dan mendendam jika kita dikhianati dan dilecehkan. Rasa dendam dan sakit hati ini bisa berlangsung lama dan bahkan bisa hingga akhir hayat dikandung badan.
Pertanyaannya adalah: bisakah kita benar2 mengampuni dan bisa melupakannya?
Jika hanya sekedar mengampuni, itu mudah dilakukan, tapi benar2 melakukan pengampunan dan bisa menerima kembali org tsb itu yg sangat sulit.
Terus gimana dong? Saat merenung, aku mulai berfikir, kenapa kita mudah memaafkan dan bahkan bisa melupakan org2 yg meyakiti kita saat org tersebut kita cintai. Ternyata, saat kita mencintai seseorg, kita memiliki kasih sayang yg tulus, memiliki hati yg bersih, sifat pemaaf (apa krn ada cinta?), dan adanya kebahagiaan. Akan tetapi saat kita marah dan membenci seseorang, hati kita kehilangan rasa cinta, rasa memaafkan, hati yg dipenuhi dendam dan kemarahan yg berkobar-kobar dll. Rasanya jika memungkinkan ingin rasanya org tersebut diulek-ulek atau di goreng. (kejamm niannnn)
Karena itulah aku mulai menyimpulkan bahwa jika ingin bisa mengampuni, kita harus memiliki hati yg bersih, ketulusan hati, kasih sayang. Krn itu mari kita bersihkan diri dan hati kita serta jauhkan diri dari sifat mendendam. Hanya kasih yg tulus yg mampukan kita utk memiliki hati yg rela mengampuni.
Kata pepatah tidak ada gading yg tak retak, tak ada berlian yg sempurna, tdk ada mutiara dikantung dan tdk ada kesempurnaan didunia ini. Mari kita saling mengampuni. Alangkah indahnya jika semua hidup dalam damai dan pengampunan. Tidak ada perang, tidak ada kebencian dan tdk ada kerusuhan. Semuanya indah.